Selasa, 19 Maret 2013

Biografi Ali Sadikin




Latar Belakang Keluarga

Ali Sadikin dilahirkan di Sumedang, 7 Juli 1926. Ali Sadikin lahir dari pasangan yaitu Raden Sadikin, Kepala Dinas Pertanian (Landbouw Consulent) di Kabupaten Sumedang dengan Itjih Karnasih. Beliau mempunyai seorang istri bernama Linda Mangaan. Lalu menikah lagi dengan perempuan bernama Nani Sadikin. Mempunyai lima orang anak.

Latar Belakang Pendidikan

Ali Sadikin adalah seorang letnan jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut) yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 1966. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan di bawah pimpinan Presiden Soekarno.



Latar Belakang Pekerjaan

Ali Sadikin menjadi gubernur yang sangat merakyat dan dicintai rakyatnya. Ia disapa akrab oleh penduduk kota Jakarta dengan panggilan Bang Ali sementara istrinya, Ny. Nani Sadikin, seorang dokter gigi, disapa Mpok Nani.


Sebagai Gubernur Jakarta Raya, Ali Sadikin telah berhasil membangun Jakarta sebagai ibu kota negara RI yang layak, dari sebuah kampung besar menjadi sebuah kota metropolitan yang modern. Berbagai projek buah pikirannya diwujudkan selama kurun waktu 1966-1977, seperti memperbaiki jalan-jalan raya di Jakarta, mendatangkan bus-bus kota serta kelengkapannya, menata trayeknya, serta membangun halte bus. Di bawah kepemimpinannya Jakarta mengalami banyak perubahan karena proyek-proyek pembangunan buah pikiran Bang Ali, sepertiTaman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Proyek Senen, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Ria Monas, Taman Ria Remaja, kota satelit Pluit di Jakarta Utara, pelestarian budaya Betawi di kawasan Condet, dll. Bang Ali juga mencetuskan pesta rakyat setiap tahun pada hari jadi kota Jakarta, 22 Juni. Bersamaan dengan itu berbagai aspek budaya Betawi dihidupkan kembali, seperti kerak telor, ondel-ondel, lenong dan topeng Betawi, dsb.


Beliau bukan saja melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara. Namun, juga mewujudkan gagasannya itu sehingga merupakan sebuah karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.


Bang Ali mendirikan Taman Ismail Marzuki 10 Nov 1968 agar Jakarta memiliki pusat kesenian dan budaya. Baginya kesenian mesti hidup, kebudayaan mesti dipikirkan agar hidup. Cita- cita menjadikan Jakarta sebagai kota budaya sudah ada dalam rencana.


Salah satu usaha mencapai keadilan sosial adalah menciptakan kesempatan setiap warga memperoleh derajat pelayanan kesehatan yang layak. Sampai akhir masa jabatan sdh ada 243 Puskesmas. Disetiap kelurahan harus ada Puskesmas, 2 - 3 Puskesmas dengan masing masing 2 dokter.


Ia juga sempat memberikan perhatian kepada kehidupan para artis lanjut usia di kota Jakarta yang saat itu banyak bermukim di daerah Tangki, sehingga daerah tersebut dinamai Tangkiwood.

Selain itu, Bang Ali juga menyelenggarakan Pekan Raya Jakarta yang saat ini lebih dikenal dengan nama Jakarta Fair, sebagai sarana hiburan dan promosi dagang industri barang dan jasa dari seluruh tanah air, bahkan juga dari luar negeri. Ali Sadikin berhasil memperbaiki sarana transportasi di Jakarta dengan mendatangkan banyak bus kota dan menata trayeknya, serta membangun halte (tempat menunggu) bus yang nyaman.


Pada 3 tahun pertama, beliau sudah berhasil membangun 50 lap terbuka, 70 lapangan tenis, 4 kolam renang besar, 25 lapangan basket ,12 gelanggang olah raga. Generasi muda digarap dengan program terpadu pendidikan, kebudayaan, olah raga dan sebagainya.


Bang Ali juga bangun konvension hall pertama di Jakarta. Karena DKI tidak punya dana, maka ia bekerja sama dengan Ibnu Sutowo Pertamina. DKI menyediakan tanah di pojokan Senayan. The Big Village. Mimpi buat Jakarta sejajar dg kota metropolitan di dunia. Jakarta punya kekhususan yg berbeda dengan kota lain di Indonesia. Bang Ali selalu dicambuk untuk menambah ruang publik , ruang hijau untuk fasilitas warga, yg jumlahnya bertambah terus. 


Setelah berhenti dari jabatannya sebagai gubernur, Ali Sadikin tetap aktif dalam menyumbangkan pikiran-pikirannya untuk pembangunan kota Jakarta dan negara Indonesia. Hal ini membawanya kepada posisi kritis sebagai anggota Petisi 50, sebuah kelompok yang terdiri dari tokoh-tokoh militer dan swasta yang kritis terhadap pemerintahan mantan Presiden Soeharto.


Tanda Kehormatan Ali Sadikin dari Dalam Negri maupun Luar  Negeri


Tanda Kehormatan Dalam Negeri :

-Bintang Mahaputera Adipradana (12 Agustus 2003)
-Bintang Mahaputera Utama (1974)
-Bintang Dharma (1963)
-Bintang Gerilya (Tanpa Keppres)
-Bintang Kartika Eka Pak~i Pratama (1970)
-Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama (1970)
-Bintang Jalasena Pratama (1969)
-Bintang Bhayangkara Pratama (1969)
-Bintang Sewindu APRI;
-Satyalancana Kesetiaan VIII, XVI, dan XXIV
-Satyalancana Perang Kemerdekaan I
-Satyalancana Perang Kemerdekaan II
-Satyalancana GOM I
-Satyalancana GOM II
-Satyalancana GOM III
-Satyalancana GOM V
-Satyalancana GOM VI
-Satyalancana Sapta Marga
-Satyalancana Wira Dharma
-Satyalancana Penegak
-Satyalancana Yudha Tama
-Satyalancana Dwidja Sistha
-Satyalancana Kebudayaan (1971) 

Tanda Kehormatan Luar Negeri :
-Bintang Kerajaan Ethiopia
-Bintang Kerajaan Belanda
-Magsaysay dari Philipina.
-Tanda Kehormatan dalam rangka pendidikan dari Amerika
-Tanda Kehormatan dalam rangka pendidikan/ peninjauan dari Belanda
-Tanda Kehormatan dari beberapa Negara Eropa Barat, Timur, dan Asia dalam kedudukan sebagai pejabat tinggi dan Menteri Perhubungan Laut/Menko Kompartimen 


Manusia tanpa cita-cita adalah mati. Cita-cita tanpa kerja adalah mimpi. Idaman yang menjadi kenyataan adalah kebahagiaan
Kata kata bijak ini ada tertulis disebuah batu yang ditaruh ditengah tengah pertokoan yang khusus menjual produk - produk kesenian Indonesia yang ada di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara. 


*dari berbagai sumber*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar